Selasa, 05 September 2017

Kisah buat Dakwah


Assalamualaikum warohmatullah

sobat jblog Ngadmin mau ngasih yang lumayan agak panjang, maka dari itu siapkan minum agar tidak haus di tengah pembacaan.

            ***********************
Di kisahkan, dulu ada seorang lelaki kaya raya dari Bani Israil mengangkat sepupunya, yang miskin sebagai anaknya. Dia tidak mempunyai ahli waris kecuali anak pamannya itu.

Suatu malam, sang anak angkat merasa orang kaya itu yang tak lain adalah ayah angkatnya tak kunjung meninggal dunia, padahal dia sangat mengharapkan warisan, dia pun membunuhnya.

Usai membunuh, dia membawa mayat ayah angkatnya ke sebuh semak-semak yang sepi.

Pagi pun tiba, dia memutar otak mencari siasat agar tak ketahuan telah membunuh ayah angkatnya sendiri. Dia pun berpura-pura mencari jejak pembunuh ayah angkatnya.

Bersama tetangganya, dia menemui Nabi Musa as. mereka kemudian meminta kepada Nabi Musa berdoa kepada Allah supaya misteri pembunuhan itu terungkap.

Namun Nabi Musa malah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi. Nabi Musa berkata:"Aku berlindung kepada Allah dari menertawai orang-orang yang beriman. Kami benar bersungguh-sungguh menyuruh kalian menyembelih sapi betina"

Setelah mengetahui bahwa menyembelih sapi tersebut benar perintah Allah, mereka meminta penjelasan lebih terperinci mengenai sifat sapi yang harus disembelih.

Di tempat lain, seorang laki-laki shalih dari Bani Israil, dengan seorang putra yang masih kecil, membawa seekor anak sapi ke sebuah padang rumput dan melampaskanya di sana. Saat itu dia berdoa kepada Allah,"ya Allah, aku titipkan anak sapi ini kepada-Mu untuk anakku di saat putraku sudah besar"

Setelah laki-laki shalih tersebut wafat. Sapinya tetap berada di padang rumput dalam keadaan liar. Setiap melihat seseorang, sapi itu lari darinya.

Putra lelaki itu beranjak besar. Dia dikenal sebagai anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Dia membagi malam kedalam tiga waktu. Sepertiganya untuk beribadah, sepertiganya untuk istirahat, sepertiganya untuk menunggu perintah dan melayani berbagai keperluan sang ibu.

Setiap pagi tiba, dia berangkat ke gunung untuk mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar. Sepertiga hasilnya di sedekahkan, sepertiganya lagi untuk ibunya. Sisanya untuk dirinya.

Suatu hari ibunya berkata kepadanya:"Sesungguhnya bapakmu meninggalkan seekor anak sapi yang merupakan warisan bagimu. Dia menitipkan anak sapi itu kepada Allah di sebuah padang rumput. Pergilah kesana dan berdoalah kepada Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya'qub agar mengembalikan anak sapi itu kepadamu. Ciri-ciri sapi itu, jika engkau melihatnya, seolah ada sinar matahari keluar dari kulitnya. Dan sapi tersebut berkilau seperti emas."

Anak itu pergi ke tempat yang ditunjukkan ibunya. Di sana dia melihat sapi itu sedang makan rumput.

Kemudian dia berteriak kepada sapi tersebut,"Dengan kekuasaan Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya'qub kemarilah kau !"

Sapi tersebut menghampiri anak itu dan berdiri di depanya. Leher sapi itu di beri tambang dan dituntun untuk dibawa pergi.

Di tengah perjalanan, atas izin Allah, sapi tersebut berkata:"Wahai pemuda yang berbakti kepada orang tua, tunggangilah diriku"

Anak itu berkata,"Ibuku tidak menyuruhku melakukan itu. Beliau hanya menyuruh mengikat lehermu dan menuntunmu"

Rupanya tawaran sapi tadi untuk menguji si anak. Sapi itu kemudian berkata:"Demi Tuhan Bani Israil, jika tadi engkau menunggangiku, engkau takkan mampu menaklukanku selamanya. Sekarang, silahkan kau berjalan. Ketahuilah, jika kau memerintah gunung supaya lepas dari tempatnya dan ikut berjalan bersamamu, niscaya dia akan menuruti perintahmu."

Setelah sampai di rumah ibunya berkata:"Engkau ini orang miskin, engkau tidak punya harta apapun. Suatu saat nanti, engkau akan lelah jika terus mencari kayu bakar di siang hari sementara malam engkau bangun untuk beribadah. Sekarang pergi ke pasar dan juallah sapi ini."

Dia bertanya:"Berapa saya harus jual sapi ini ?"

"Tiga dinar" jawab ibunya.

"Engkau jangan menjual lebih dari harga yang aku katakan" kata ibunya lagi

Dia pun pergi kepasar untuk menjual sapinya.

Kemudian Allah mengutus malaikat menemuinya untuk mengujinya. Seberapa berbaktinya dia kepada ibunya.

Malaikat tersebut bertanya:"Berapa harga sapi ini ?"

Dia menjawab:"Tiga dinar, sebagaimana perintah ibuku."

Malaikat berkata:"Saya akan membelinya enam dinar dan engkau tidak perlu meminta persetujuan ibumu."

Anak itu berkata:"Andai engkau membelinya dengan emas seberat sapi ini, aku tetap tidak menerimanya, selama tak mendapat persetujuan ibuku."

Maka dia pulang menemui ibunya dan mengabarkan kejadian tersebut.

Ibunya berkata:"Kembalilah ke pasar dan juallah sapi itu enam dinar"

Anak tersebut berangkat lagi ke pasar sambil membawa sapinya.

Datanglah malaikat tadi dan berkata kepadanya:"Sudahkah engkau mendapat perintah dari ibumu ?"

Dia menjawab:"Ya, benar. Beliau memerintahku menjual sapi ini enam dinar. Tidak boleh kurang atau lebih."

Malaikat itu berkata:"Aku ingin membelinya dua belas dinar."

Anak muda itu menolak dan pulang untuk meminta saran ibunya.

Di rumah, sang ibu mengatakan:"Sesungguhnya pembeli itu adalah malaikat dalam bentuk manusia. Dia ingin mengujimu. Jika dia datang lagi kepadamu, tanyakan kepadanya, apakah sapi ini harus di jual atau tidak."

Anak shalih tersebut pergi lagi ke pasar dan malaikat tadi pun menghampirinya. Kemudian malaikat itu berkata, "Pulanglah engkau ke ibumu dan sampaikan agar dia menahan sapi ini. Sebab, Musa bin imran akan membelinya untuk menyelesaikan masalah pembunuhan di kalangan Bani Israil. Jangan kau jual sapi ini kecuali dengan dinar yang jumlahnya dapat menutupi seluruh kulit sapi ini jika di letakkan di badannya."

(capek bacanya ya sob , tenang bentar lagi selesai)

Kembali lagi ke kisah Bani Israil dan Nabi Musa. Mereka meminta penjelasan Nabi Musa perihal sifat sapi yang harus di sembelih. Allah menentukan bahwa sapi yang harus disembelih adalah sapi yang bentuknya seperti sapi yang di miliki anak yang sholeh tersebut.

Sesungguhnya hal itu merupakan balasan atas kebaikan anak itu kepada ibunya. Maka, orang-orang Bani Israil membeli sapi tersebut dengan harga yang disebutkan di atas.

Setelah sapi di beli, Bani israil segera menyembelihnya.

Berdasarkan perintah Allah, mereka pun kemudian memukul mayat korban pembunuhan itu dengan daging sapi.

Atas izin Allah mayat bangkit dalam keadaan urat lehernya berlumuran darah dan berkata, "Yang membunuhku adalah si Fulan (anak angkatnya)"

Akhirnya anak angkat tersebut dihukum dan diharamkan mendapat peninggalan waraisan bapak angkatnya.

alhamdulillah sudah selesai. Yang capek bisa istirahat. Semoga bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar

Cari